Minggu, 27 Februari 2011

SISTIM IMUNITAS


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang.
Setiap hari kita berinteraksi dan melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dasar kita. Tubuh yang kita gunakan terdiri dari bermacam- macam sel dan organ yang saling mendukung sehingga bisa melakukan fungsinya dengan baik.
Selama kita berinteraksi selama itu pula tubuh kita berhubungan deng organisme lain diluar tubuh, terkadang konsidi lingkungan yang kotor yang menyebabkan tubuh kita terserang penykit.itulah sebabnya kita harus meningkatkan kekebalan tubuh utnuk siap dalam menghadapi keadaan lingkungan yang cendrung statis ini.
Salah satu faktor yang menyebabkan seringnya kita terkena penyakit adlah karena tidak berdayanya tubuh kita dalam menseleksi benda-benda atau mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh atau dengan keta lain ”Sistem imunitas ” tubuh kita tidak berfungsi dengan baik , dal lebih cendrung menurun.Sementara kita manusia beraktivitas tidak teratur dan lebih banyak diluar hal ini sangat sangat vatal sekali terhadap tubuh kita.
Oleh sebabg itu, makalah ini dibuat untk dapat membantu kita mengenali tentang konsep sistem imunitas sehingga juga bisa bermanfaat dalam profesi kita sebagai perawat dalam menjalankan tugas nya.

  1. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada kita tentang apa itu system Imunitas Tubuh dan apa saja fungsi serta organ-organ penyokong dari sistem imunitas. Selain itu juga utnuk mengetahui klasifikasi dari kekebalan tubuh.dan mengindentifikasi jenis gangguan yang dapat terjadi pada system kekebalan tubuh manusia.
 
                                                                                                                                   
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi dan fungsi Sistem Imunitas.

Sistem kekebalan (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
       Melemahnya ketahanan tubuh itulah yang sering menimbulkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus.
         Imunitas Berfungsi untuk Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme asing ( bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk kedalam tubuh, selain itu,  imunitas juga menghilangkan jaringan atau sel yang mati maupun rusak untuk perbaikan jaringan serta mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
Sejak masih menjadi janin di kandungan ibu, tubuh seseorang sudah dipersiapkan untuk menghadapi dunia luar yang penuh dengan kuman penyakit, berupa bakteri, virus, hingga jamur. Hanya saja, kekebalan tubuh seseorang saat lahir masih terhitung lemah. Untuk itu, bayi memerlukan perlindungan tambahan melalui imunisasi secara rutin. Secara perlahan-lahan, kekebalan pada tubuh bayi akan meningkat. Sehingga, ketika usia siap memasuki usia sekolah, tubuhnya sudah siap untuk menangkal berbagai kuman penyakit dari luar.
B.     Tahap-tahap respon imun
Perlawanan terhadap penyakit tetap tergantung pada kualitas kekebalan tubuh seseorang. Mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang baik akan terhindar dari penyakit, sementara yang kekebalan tubuhnya lemah akan gampang sakit.
Kinerja sistem imunitas bekerja secara menyeluruh dalam menjaga keberadaan organ biologis dari serbuan penyakit dari luar tubuh. Sesekali, barulah sistem tersebut mengisyaratkan ‘tanda bahaya’ bahwa  kondisi tubuh menurun, yaitu dengan munculnya keluhan rasa sakit. Dengan kata lain  Imun terlebih dahulu mendeteksi dan mengenali benda asing yang masuk dan kemudian mengkomunikasikannya dengan sel lain untuk berespon yang kemudian merekrut bantuan  dan koordinasi dan mendestruksi atau supresi penginvasi.
Tugas dasar sistem imunitas tersebut antara lain adalah membedakan ‘dirinya sendiri’ (seluruh sel di dalam tubuh) dengan ‘pendatang asing’ (bakteri, virus, toksik, jamur, serta jaringan asing). Menghadapi pendatang asing tadi, sistem imunitas harus membentuk sel khusus melalui sel darah putih, untuk mengeliminasi pendatang asing tersebut.

C.    Klasifikasi Sistim Imunitas.

Sistem kekebalan tubuh terdiri dari dua yaitu sistem kekebalan tubuh berdasarkan asalnya dan mekanisme kerjanya.
  
I. Sistem Kekebalan tubuh berdasarkan Asalnya.
    Sistem imunitas berdasarkan asalnya terbagi atas dua, yaitu  Sistem imunitas kekebalan Nonspesifik (Kekebalan tubuh bawaan atau Kekebalan tubuh alami)dan  Sistem Kekebalan  tubuh spesifik( kekebalan adaptif atau kekebalan tubuh buatan).

C.1.1.Sistem Imunitas Nonspesifik(Kekebalan bawaan atau kekebalan tubuh alami)

         Kekebalan tubuh ini merupakan bagian dari tubuh kita yang telah ada sejak kita lahir.ciri-ciri dari sistem imunitas ini adalah tidak selektif, artinya semua benda asing yang masuk kedalam tubuh akan diserang dan dihancurkan tanpa ada seleksi oleh sistem ini, Sistem ini juga tidak memiliki kemampuan untuk mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya,sehingga eksposur menyebabkan respon maksimal segera.

         Sistem kekebalan tubuh nonspesifik memiliki komponen-komponen yang mampu menangkal benda yang masuk kedalam tubuh, yakni :
Rintangan Mekanis, yang merupakan pertahan yang pertama dan terletak dibagian permukaan tubuh. Yakni :
1.Kulit : yang terdiri dari lapisan tanduk yang tidak mudak tembus oleh benda asing kecuali jika kulit dalam keadaan terluka. Asam lemak dan keringat yang dihasilkan oleh kelenjar dikulit juga akan mencegah  benda asing masuk kedalam tubuh.
2.Selaput lendir, yang merupakan hasil sekresi dari sel yang terdapat disepanjang saluran pernapasan dan saluran pencernaan . Pada saluran pernapasan, Selaput lendir berfungsi dalam menangkap bakteri atau benda asing yang masuk kedalam tubuh melalui  saluran pernapasan.
3.Rambut-rambut halus, Sebagian besar terdapat pada saluran pernapasan.yang ummnya berfungsi sebagai penyaring . seperti hal nya penyaring udara pada rambut-rambut halus dihidung.
Rintangan Kimiawi, rintangan kimiawi terdiri dari :
1.      Hasil Sekresi , yang mana zat kimi dan enzim yang dihasilkan dari proses sekresi berperan untuk membunuh benda asing.
2.      Sel darah Putih, Yang sering disebut dengan sistem pertahanan tubuh kedua. Apabila benda asing berhasil melewati system pertahanan pertama dan masuk kedalam tubuh, maka sel darah putih akan mencegah benda asing tersebut supaya tidak masuk lebih  jauh lagi kedalam tubuh . Sel darah putih akan menghancurkan setiap benda asing yang masuk kedalam tubuh dengan cara fagositosis. Yaitu Mikroba Menempel ke fagosit, dan fagosit membentuk pseudopodium yang menelan mikroba, sementara itu vesikula fagositik bersatu dengan lisosom dan  membentuk enzim dalam fagolisosom yang kemudian enzim tersebut membunuh mikroba dan sisa-sisa mikroba dikeluarkan lewat eksotisosis.
3.      Sel Natural Killer, Sel ini merupakan sel pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang terinfeksi virus sebelum diaktifkanya system kekebalan adaptif. Sel ini membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan melepaskan senyawa kimia preforin.
4.      Protein Komplemen , protein darah yang berfungsi membantu system pertahanan sel darah putih.Protein komplemen membantu system kekebalan tubuh dengan cara       :
1.Menghasilkan opsonin ,kemotoksin, dan kinin. Opsonin untuk mempermudah terjadinya fagositosis. Kemotoksin berfungsi sebagai penarik sel darah putih menuju ke infeksi , sedangkan kinin untuk meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
2.Berperan dalam proses penghancuran membrane sel mikroorganisme yang menyerang tubuh.
3.      Menstimulasi sel darah putih agar menjadi lebih aktif.

      5. Interferon ,  Sel yang berperan dalam mensekresikan sekumpulan protein saat tubuh kita terserang virus. Interferon akan bertindak sebagai antivirus dan bereaksi sengan sel yang belum terinfeksi oleh virus. Interferon juga dapat merangsang limfosit untuk mengahancurkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus.
      6. Bakteri yang terdapat di permukaan tubuh ( bakteri nonpatogen ) yang Berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan masuk ke dalam tubuh.

C.1.2 Sistem Imunitas Spesifik (Kekebalan adaptif atau kekebalan tubuh buatan)

Kekebalan tubuh spesifik adalah system kekebalan yang diaktifkan oleh kekebalan tubuh nonspesifik dan merupakan system pertahanan tubuh yang ketiga.Sistem pertahanan ini mempunyai ciri-ciri yaitu bersifat selektif terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh, sistem ini tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing, meliliki kemampuan untuk mengingat infeksi sebelumnya dan melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibody) serta perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal.
Komponen yang terlibat dalam kekebalan tubuh spesifik adalah :
1.      Antigen : Yang merupakan zat kimia asing yang masuk kedalam tubuh dan dapat merangsang terbentuknya antibody.Antigen dapat berupa protein, sel bakteri, atau zat kimia yang dikeluarkan mikroorganisme.Ada bebara jenis antigen antara laian adalah Heteroantigen (berasal dari spesies lain),Isoantigen(berasal dari spesies sama tetapi struktur genetiknya berbeda, Autoantigen( yang berasal dari tubuh itu sendiri).
2.      Hapten, merupakan suatu determinant site yang yang lepas dari struktur antigen. Hapten hanya dapat berikatan dengan antibody apabila disuntikkan kedalam tubuh.
3.      Antibodi, Merupakan Zat kimia(Protein Plasma) yang dapat mengidentifikasi antigen. Anti bodi ada dua macam yaitu Antibody Poliklonal yang dihasilkan didalam tubuh secara alami yang dibentuk merupakan klon dari sel-sel limfosit dan umum. Dan Antibody Monoclonal, yang dibentuk diluar tubuh melalui fusi sel , yang merupakan hasil pengklonan satu sel hibridoma. Berfungsi untuk mendiagnois penyakit kanker dan hepatitis..
II.                Sistem Kekebalan tubuh berdasarkan mekanisme kerjanya.

Sistem kekebalan tubuh berdasarkan mekanisme kerjanya terbagi atas dua,yaitu Imunitas Humoral dan Imunitas Selular.
a. Imunitas humoral,
Imunitas humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul di dalam darah, yang disebut antibodi.  Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di di luar sel (berada di cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
B. Imunitas selular
Imunitas selular adalah respon imun yang dilakukan oleh molekul-molekul protein yang tersimpan dalam limfa dan plasma darah. Imunitas ini dimediasi oleh sel T limfosit. Mekanisme ini ditujukan untuk benda asing yang dapat menginfeksi sel (beberapa bakteri dan virus) sehingga tidak dapat dilekati oleh antibodi. T limfosit kemudian akan menginduksi  dua hal yaitu Fagositosis benda asing oleh sel yang terinfeksi, lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut terbebas keluar sel dan dapat dilekati oleh anti bodi.
.
D.    Kelainan dan Penyakit pada System Kekebalan Tubuh.
      Ada beberapa kelainan dan penyakit pada system imunitas, diantanya adalah :Alergi, AIDS,

1.      Alergi.
Merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi pada seseorang.Umumnya alergi bersifat khusus dan hanya muncul jika penderita melakukan kontak dengan penyebab alergi.Alergi dapat diturunkan dari orang tua / keluarga dekat.Alergi dapat terjaddi secara tiba-tiba dan bersifat fatal terhadap penderita.Seseorang yang alergi akan mengalami gangguan emosi,konsentrasi,dan lain-lain.Alergi terjadi karena penderita sangat sensitive terhadap allergen
2.      AIDS
AIDS merupakan suatu sindrom atau penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).Pada tubuh manusia,virus HIV hanya menyerang sel yang memiliki protein tertentu.protein itu ialah yang terdapat pada sel darah putih T4,yaitu sel darah putih yang berperan menjaga system kekebalan tubuh. Apabila virus HIV menginfeksi tubuh,manusia akan mengalami penurunan system kekebalan tubuh.Akibatnya,para penderita HIV-AIDS akan mudah terinfeksi berbagai jenis penyakit.
Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS.Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10 tahun.
Penularan Virus HIV pada umunya melalui hubungan seks dengan penderita HIV, dan ada juga dalam pemakaian jarusm suntik bersama-sama dengan penderita HIV. Selain itu pada saat transpusi darah juga sering terjadi karena darah yang diterima terinfeksi HIV, dan bayi yang minum Adi penderita HIV atau ibunya .

3.      Automunitas,
Kegagalan daya diskriminasi endogen pada sistem kekebalan tubuh tersendiri dianggap sebagai zat atau benda asing dan terhadapnya dibentu zat antibody.                                              












BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah diatas tadi dapat kita simpulkan bahawa kekebalan tubuh manusia mempunyai mekanisme tersendiri.Yaitu Sitem Imunitas, yang mana akan melindungi tubuh  terhadapa pengarus –pengaruh biologis dari luar yang mengancam tubuh.
Jika sistem imunitas berfungsi dengan baik maka akan memberikan dampak yang baik pula terhadap kesehatan tubuh kita, namun jika sestem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga akan berkurang, dan membuat patogen masuk kedama tubuh dan menyebabkan penyakit.
  1. Saran

Sebagai insan kesehatan, mari kita jaga tubuh kita supaya sistem imunitas tubuh kita berfungsi dengan baik. Dengan memakan makanan yang bisa meningkatkan sistem imun dan berolah raga dengan teratur.





















DAFTAR PUSTAKA


Anwar,Tetty.2009.Diktat Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas XI.Duri
Maryati,Sri.BIOLOGI SMA Kelas 2.Jakarta:Erlangga
http://sman5malang.sch.id/tag/sistem-imunitas/































Selasa, 01 Februari 2011

FREE Athan (Azan, Adhan, Salah) software برنامج الأذان المجاني to hear automatic Athan at the right prayer time five times a day. Hijri Islamic calendar, Prayer Times أوقات الصلاة , Qiblah, Qibla اتجاه القبلة , Muslim Prayer Times, Islamic Prayer times, Namaz Salat, 1432 Ramadan 2011, Namaz Times, Salat Prayer Timetable, Ramadan Timings, Ramadan Timetable, Namaz/Namaaz Timings, Prayertimes, Mp3 Athan Azan

FREE Athan (Azan, Adhan, Salah) software برنامج الأذان المجاني to hear automatic Athan at the right prayer time five times a day. Hijri Islamic calendar, Prayer Times أوقات الصلاة , Qiblah, Qibla اتجاه القبلة , Muslim Prayer Times, Islamic Prayer times, Namaz Salat, 1432 Ramadan 2011, Namaz Times, Salat Prayer Timetable, Ramadan Timings, Ramadan Timetable, Namaz/Namaaz Timings, Prayertimes, Mp3 Athan Azan

ROLE PLAY PERAWAT(PERAN SEBAGAI KONSULTAN )


Role play ini menggambarkan bagaimana seorang perawat menjalankan perannya sebagai konsultan bagi pasien dan keluarga pasien.dimana yang role play ini akan di peran kan oleh :
Alex  contesa sebagai perawat
Andona putra  sebagai pasien
Ade crisdianne chan sebagai keluarga
Cinlia triami sebagai narrator.

Suatu pagi di ruangan rawat bedah pria sebuah rumah sakit swasta  di kota padang, sebut saja RS M.C.B.seorang perawat yang bernama alex  mendapat giliran untuk  dinas pagi, sebagai mana biasanya pagi itu dia  mengecek keadaan fasiennya. Pada saat itu ada seorang fasien post operasi  usus buntu namanya ando yang masih terbaring dan ditemani oleh istrinya.ando  mengalami mengalami masalah pada luka operasinya yaitu nyeri sekitar jahitan perutnya, ando dan istrinya khawatir dengan keadaan tersebut mereka takut akan terjadi infeksi yang menyebabkan penyakitnya bertambah parah.
Perawat Alex  : assalamu’alaikum…( salam dijawab oleh pasien dan istrinya)
                        Selamat pagi pak ! buk ! (dijawab oleh pasien dan istrinya)
Pak saya  perawat alex, yang menjadi perawat bapak pada hari ini, jadi jika bapak memerlukan saya , bapak bisa nyuruh keluarga bapak untuk memanggil saya.
Pasien Ando :  iya dek.!!
Perawat Alex  : bagaimana pak, apa bapak sudah merasa baikan hari ini.?saya lihat hari ini bapak lebih segar kayaknya sudah ada baikan ya pak..???
Pasien ando     : HEHEHE..(Tertawa kecil)
                        Iya dek , udah agak mendingan dari kepada kemaren
Perawat alex    : bagus lah tu pak, saya juga lihat wajah bapak sudah cerah  pagi ni..
Pasien ando     : hehehe…(pasien dan istrinya tertawa kecil).. makasih dek..!!
                        Oh ya  dek, ada yang pengen bapak Tanya nich sama adek.
Perawat alex    : oh ya silahkan pak, apa tu masalahnya??
Pasien ando     : begini dek, rasa nya dari kemaren perut saya terasa nyeri dan perih dek.
Perawat alex    : perih bagaimana pak?
Pasien ando     : kadang perih nya tu sampai-sampai saya menangis dek.
Perawat alex    : ooo begitu ya pak, dibagian lukanya yang perih  ya pak?
Pasien ando     : iya dek.
Perawat alex    : ada kemungkinan bapak makan yang pedas-pedas atau makanan yang keras ya pak.
Pasien ando     : maksudnya dek?
Perawat alex    : ya mungkin bapak ada makan nasi yang keras, gulai atau sambal yang pedas mungkin pak..?
Pasien ando     : ooo begitu ya dek.
Perawat alex    : iya pak, kemaren atau malam tadi bapak makannya pake nasi biasa atau nasi lunak pak?
Pasien ando     : gak tau dek, rasa nya gak terlalu keras lah nasinya..n itu pun istri saya yang nyuapin saya dek.
Kemudian perawat alex bertanya kepada istri ando.
Perawat alex    :  buk, kemaren bapak makannya pake nasi biasa atau lunak buk? Dan sambal nya pedas gak buk?
Istri pasien ando: kemaren cuman dikasih makan gulai cancang dan dendeng batokok dek.cuman nasinya nasi lunak.
Perawat alex    :  betul pak, kemaren makan dendeng batokok ya..?
Pasien ando     : iya dek, maklumlah dek,bapak  sudah lama gak makan gulai cancang sama dendeng batokok.
Perawat alex    : ooo begitu ya pak..bapak suka makan dendeng batokok ya?
Istri pasien ando          : iya dek, bapak tu suka sekali makan  dendeng batokok sama gulai cancang.
Perawat alex    :  betul tu pak?
Pasien ando     : hehehe..betul dek.
Perawat alex    : bapak, bapak boleh makan gulai cancang dan dendeng batokok, tapi sebaiknya selagi bapak dalam masa penyembuhan bapak lebih baik tidak makan itu dulu, karena bisa mengganggu proses penyembuhan bapak, bapak ni baru selsai dioperasi, jadi perut bapak masih luka dan belum kering pak.
Pasien ando     : ooo gitu ya dek..?
                        Nanti bisa infeksi ya dek?
Perawat alex    : ada kemungkinan pak, klo bapak terus  makan itu, seperti rasa nyeri yang bapak rasakan sekarang, itu  efek dari makanan yang bapak makan pak,  karena makanan itu lewat diusus bapak .
Pasien ando     : ooo gitu ya dek,
Perawat alex    : nanti pak klo bapak merasa nyari lagi, bapak coba pelan-pelan bapak tarik napas agak panjang dan keluarkan kembali.. coba lakukan itu berkali-kali ya pak untuk meringankan rasa nyerinya.
Pasien ando     : iya dek,  dek, bapak takut nanti infeksi. Sebab didekat rumah saya kemaren pernah mengalami infeksi usus sehingga dia sampai meninggal.
Perawat alex    : nah itu makanya pak, sebelum terjadi infeksi coba bapak berhenti dulu untuk makan makanan yang pedas dan berlemak dulu termasuk gulai cancang dan dendeng batokok tadi. Klo bapak mau makan , makan saja makanan yang sudah disediakan oleh rumah sakit ya pak.
Pasien ando     : ooo gitu ya dek.
                        Jadi sampai kapan saya gak bisa makan makanan yang pedas-pedas dek?
Perawat alex    : sebaiknya sampai luka bapak benar-benar dinyatakan sembuh nanti pak. Bapak sabar aja ya.. tetap semangat untuk cepat sembuh.
Pasien ando     : oh ya lah klo begitu , terima kasih ya dek.
Perawat alex    : sama-sama pak.

Sebelum meninggalkan ruangan perawat alex memanggil istri pasien ando dan berpesan supaya istri bapak ando juga ikut dalam mendukung proses keperawatan ando dengan selalu menjaga dan mengontrol makanan yang diberikan kepada bapak ando selama proses perawatan dirumah sakit.
Perawat alex    : ibuk.!!
Istri ando         : iya dek..!!
Perawat alex    : ibuk, saya lihat bapak sudah ada kemajuan dalam penyembuhannya cuman tadi katanya masih ada terasa nyeri pada bagian luka operasinya.kami berharap ibuk juga ikut membantu dalam proes penyembuhan bapak.
Istri ando         : apa yang bisa saya lakukan dek?
Perawat alex    : ibuk harus menjaga makanan yang bapak makan sekarang buk.bapak dikasih makanan yang lunak dan tidak pedas, karena luka bapak masih basah. Rumah sakit kan sudah memberikan makanan itu. Cukup dikasih itu saja ya buk.
Istri ando         : ooo iya lah dek.
                        Oh ya perbannya apa ndak diganti dek?
Perawat alex    : iya buk nanti biar saya ganti perbannya.
Istri ando         : makasih ya dek.
Perawat alex    : sama-sama buk.kalo ibuk perlu saya . nanti panggil saja saya ya buk.
Istri ando         : iya dek.
Perawat alex    : ya udah buk , permisi
                        Assalamu’alaikum..
Istri ando         : walaikum salam..

Setelah mendapatkan keterangan dari perawat alex bapak ando pun sadar bahwa dia salah dalam makan makanan tadi yang membuat perutnya merasa nyeri dan mulai makan makanan yang lunak lagi. Begitu juga dengan istri pak ando ,juga ikut dalam mengontrol makanan pak ando.
Pasien ando     : buk, nampaknya bapak belum bisa makan dendeng batokok dan gulai cancang.
Istri ando         : iya pak, katanya bapak harus makan makanan yang lunak dulu. Ya udah bapak makan bubur aja sekarang ya..? biar ibuk  suapin.
Pasien ando     : iya buk.
Setelah beberapa hari bapak ando rutin melaksanakan apa yang telah disarankan perawat alex, sehingga pada hari ketujuh luka operasi pak ando sudah mengering dan tidak merasakankan nyeri lagi pada perutnya. Sehingga pada hari kedelapan pak ando dinyatakan sudah bisa pulang kerumahnya.dan memulai hidupnya lagi berkumpul bersama keluarganya.

-----------SEKIAN-----------

TEORI KEPERAWATAN MENURUT SISTER CALISTA ROY


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang.
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Model keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia
 Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.
 Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji  tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan .

B.      Tujuan

Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan, selain itu juga kami berharap makalah ini bisa memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan( KDK)





BAB II
PEMBAHASAN

A.Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister calista roy.
Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy, 1979,roy,1980,1984,1989) memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic         ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Konsep adaptasi Roy.
Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
1.      Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2.      Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3.      Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4.      Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5.      Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.      Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7.      Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8.      Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.      Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
10.  Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11.  Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.  Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.  Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
14.  Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy, ada empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah manusia, Lingkungan; kesehatan; keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep adaptasi.

1.    Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.)    Model Fungsi Fisiologi.
      Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.      Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.      Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.      Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4.      Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.      Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.      The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.       Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.      Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.      Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b.)     Model Konsep Diri
Model konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.       The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.      The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c.)  Model fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya
d.)    Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
2.   Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.


3.Kesehatan.

        Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4.Keperawatan
          Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Tahap I : Pengkajian Perilaku.
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara, observsi dan pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive.

2. Tahap II: Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a)            Identifikasi stimuli focal.
Stimuli focal merupakan perubahan penilaku yang dapat diobserasi. Perawat dapat melakukan pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaitu : Keterampilan melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
b)            Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagal contoh anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat dildentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehlangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi.
Menurut Martinez, 1976 dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
c)            Identifikasi stimuli residual.
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.

a. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.

4. Penentuan Tujuan
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keprawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
5. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan indMdu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi. Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
penutup
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.
Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.